matamaduranews.com-BANGKALAN-Seperti yang diulas dalam tulisan sebelumnya, setidaknya ada dua sumber penyebutan Arosbaya di Bangkalan.
Salah satu asal usul penyebutan Arosbaya itu dikutip RTA Zainalfattah Notoadikusumo dalam bukunya yang berjudul “Sedjarah Tjaranja Pemerintahan Daerah-Daerah di Kepulauan Madura dengan Hubungannja†(Pamekasan, 1951).
Di buku tersebut Kangjeng Sinal (sebutan Zainalfattah) menyebut bahwa Arosbaya berasal dari dua kata, yaitu arus atau aros (Madura), dan baya yang dilafalkan baja (Madura). Baja kependekan dari babaja atau bahaya.
Di sini Zainalfattah terkesan mengoreksi pelafalan atau sebutan sebagian orang tentang Arisbaya atau Res Baja.
Alasannya, atau pertimbangan yang digunakan oleh Zainalfattah adalah letak geografis Arosbaya. Yang mana letak desa Arosbaya berada di tepi laut, di pantai Utara Pulau Madura. Sehingga penyebutan Arosbaya dinilai Zainalfattah lebih tepat.
Pasalnya, ada kata arus atau aros (Madura). Sedang kata baya diambil dari baja atau bahaya atau babaja (Madura) di atas.
Meski demikian, Zainalfattah tidak lantas menyalahkan dengan serta merta penyebutan Arisbaya atau Res Baja. Kendati di kemudian hari memang nama Arosbaya dipilih sebagai nama resmi kecamatan saat ini.
Nah, ada lagi sebuah sumber yang menyebutkan bahwa nama Arisbaya lebih dulu dari pada Arosbaya. Sumber dalam wikipedia tentang nama Arosbaya menyebut secara singkat.
Berikut kutipan aslinya: “asal mula Arosbaya diceritakan bahwa pada masa pemerintahan Panembahan Ki Lemah Duwur raja islam pertama di madura pada tahun 1531 – 1592. Arosbaya dulunya di berinama aris-banggi (ada aturan), dan berubah menjadi aris beje, resbeje dan terakhir arosbaya. kerajaan arosbaya pada masa pemerintahan Panembahan Lemah Duwur, kerajaan Arosbaya telah meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh Madura barat (Kab.Bangkalan), termasuk Sampang dan Blegaâ€.
Sumber kedua ini juga dibenarkan oleh salah satu pemerhati Sejarah Bangkalan, Hidrochin Sabarudin, sebagai penyebutan yang lebih dulu ada.
“Berawal dari Arisbanggi, yang selanjutnya bergeser menjadi Arosbaya. Sebutan terakhir ini yang dipakai hingga sekarang,†kata pria yang akrab dengan sebutan Abah Doink ini.
Senada dengan Hidrochin, Saiful Abdullah alias Saiba, pemerhati sejarah di Bangkalan lainnya, mengatakan bahwa sebutan Arisbanggi itu sudah ada sejak zaman Majapahit.
Meski begitu, akademisi senior di UTM ini tidak menafikan adanya versi-versi yang juga hidup dan berkembang di masyarakat sekitar Arosbaya sendiri.
“Cerita rakyat atau folklore yang melatar belakangi sebutan Arisbaya itu memang ada. Dan itu diperkirakan sejak masa Pangeran Musyarrif, menantu Panembahan Pratanu yang gugur di Arisbaya atau Arosbaya. Sebelum itu memang Arisbanggi,†kata Saiba.
Jika demikian, sebutan Arisbaya lebih mendekati sumber folklore tersebut. Bagaimana kisahnya?
Kisah Buaya dan Keris
Dalam kisah atau cerita rakyat yang masyhur di sekitar Arosbaya, tahapan penyebutan daerah ini dari Arisbanggi menjadi Arisbaya, lalu terakhir menjadi Arosbaya.
Penyebutan Arisbaya atau Res Baja dikatakan berasal dari keris dan buaya. Buaya dalam bahasa Madura disebut baja. Sedang keris dieja kerres. Kerres-baja jika digabung dan dibahasa Indonesiakan menjadi Keris Buaya.
Maknanya ialah keris(nya) (hewan reptil berjenis)buaya. Orang Madura barat menyebutnya Res Baja.
Penyebutan Res Baja atau Kerres Baja itu dikarenakan, di zaman dulu, di Sungai Arosbaya, sering muncul buaya putih yang nyongkel (bersenjatakan) keris. Buaya putih sering menampakkan dirinya, bahkan sampai masa sekarang.
“Kadang di jembatan. Kadang di timur sekitar 1 kilometer dari pasar Arosbaya. Dan cerita keris buaya atau kerres baja itu masyhur,†kata Saiba.
Wa Allahu a’lam...
RM Farhan
Write your comment
Cancel Reply