Post Images
matamaduranews.com-Ada Apa Cak Imin-Kiai Busyro. Tanpa rencana. Tiba-tiba teragenda ke Beraji. Kediaman Kiai Busyro. Berikut tulisan lengkapnya. Redaksi kutip dari situs kempalan, 15 Februari 2022. Politik Mutasyabihat Cak Imin-Kiai Busyro Hambali Rasidi -“Assalamu ‘alaikum Senior,” begitu suara pertama yang keluar dari lisan Cak Imin saat bertemu KH A. Busyro Karim di lingkungan Ponpes Alkarimiyyah, Beraji, Gapura, Sumenep, Kamis malam. Suasana sunyi malam Jumat itu tiba-tiba pecah dengan sapaan hormat dan keakraban seperti ingin melepas kerinduan antara seorang yunior kepada senior setelah lama tak bersua. Cak Imin, sang Ketua Umum DPP PKB berjilid-jilid itu, datang ke kampung Beraji, Gapura, Sumenep tanpa tercium pers. Waktu dini hari. Di luar schedule kunjungan resmi ke Pulau Madura yang dirilis ke publik. Datang lengkap bersama rombongan DPP PKB. Menemui seniornya, yang tak lagi menjabat apa-apa di struktur PC NU dan DPC PKB Sumenep. Penulis tak ikut menyaksikan pertemuan senyap itu yang sempat bikin geger perwacanaan politik lokal Sumenep. Setidaknya, sumber-sumber penulis yang ikut menyaksikan pertemuan mutasyabihat itu mengkonfirmasi ungkapan senior yang dihaturkan Cak Imin kepada Kiai Busyro. Pemandangan dini hari itu menggambarkan seakan ingin bernostalgia kehidupan sewaktu sama-sama aktif di dunia pergerakan mahasiswa (PMII) Jogjakarta 35 tahun lalu. Pertemuan sekitar satu jam di kediaman Kiai Busyro. Cak Imin datang tanpa sekat mengikuti langkah kaki kemana Kiai Busyro berjalan menyusuri ruang-ruang rumah Beraji. Keduanya bertutur seperti lazimnya keluarga dhalem. Duduk lesehan sembari menikmati sajian hidangan malam. Perbincangan santuy Cak Imin berakhir dengan ajakan perjalanan ke Pulau Oksigen (Giliyang) bersama segelintir tim inti yang ditunjuk menemaninya. “Pak Kiai wajib ikut,” tutur Cak Imin menegaskan ajakan ke Kiai Busyro untuk menemaninya bermalam di pulau yang memiliki kadar oksigen tertinggi dunia setelah Jordania. Perjalanan darat satu jam menuju pelabuhan Dungkek sebelum menjalani perjalanan laut 30 menit. Gesture Cak Imin dan Kiai Busyro yang terekspose lewat video dan gambar-gambar yang viral di Grup-Grup WhatsApp keesokan harinya. Menggambarkan pertemuan politik yang tak bisa ditafsiri secara bebas maupun hermeneutik. Penulis menyimpulkan, pertemuan Cak Imin dan Kiai Busyro sebagai pertemuan Politik Mutasyabihat. Hanya Cak Imin dan Kiai Busyro yang mengerti maksud pertemuan senyap itu. Biar tak jadi dosa politik karena ke-awaman penulis memaknai pertemuan yang sulit ditafsiri orang awam. Meski pertemuan selebrasi senyap itu penuh makna. Menit per menit. Detik per detik. Pertemuan Politik Mutasyabihat Cak Imin dan Kiai Busyro dalam konteks menuju 2024, penulis hanya bisa mereview keduanya sebagai sosok politisi NU yang sama-sama lahir dari produk reformasi 1998. Cak Imin berkarir di DPP PKB sejak 1998 sebagai Sekjend hingga menjabat Ketum DPP PKB hingga kini. Cak Imin-Kiai Busyro dalam kacamata dinamika politik yang mengitarinya, penulis melihat keduanya selalu menjadi objek perlawanan dalam perebutan puncak kekuasaan. Penulis terlalu awam menguliti sepak terjang politik Cak Imin yang seperti mentransformasi politik Gus Dur meski tanpa kaffah. Penulis hanya bisa mereview sosok Kiai Busyro sebagai tokoh kiai dan politisi lokal Sumenep yang belum ada tandingnya. 10 tahun berturut menjabat Ketua DPRD Sumenep dan 10 tahun bersambung menjabat bupati. Kiai Busyro sejak 1998, menjabat Ketua DPC PKB Sumenep hingga 2007. Lalu berlanjut 2012 – 2018. Kebertahanan 20 tahun Kiai Busyro berada di puncak kekuasaan politik lokal Sumenep tentu memiliki jurus politik-yang tak dimiliki para kiai NU saat terjun dalam kancah politik praktis. Atribut kiai memang mudah bergumul dalam kultur masyarakat Sumenep (Madura) yang mayoritas santri. Dalam konteks politik. Kiai Busyro melengkapi dengan pola komunikasi egaliter dan smart. Egaliter dan smart di sini, akrab dengan siapa saja. Menemui siapa saja. Tanpa mencipta jarak. Meski menjabat bupati atau ketua DPRD dengan atribut kiai. Yang smart-kata bisikan anak gaul. Ngerti apa yang menjadi kebutuhan. Kiai Busyro mengerti siapa lawan bicaranya. Dan apa yang dibutuhkan. Kata lain, Kiai Busyro mengerti apa yang diingini lawan bicaranya. Dan apa yang dibutuhkan-nya. Meski tak cukup merengkuh. Setidaknya-mengalir oase senyuman dan kata-kata. Tanpa perlu menutup pintu rapat-rapat. Komunikasi Kiai Busyro menyentuh emosi. Mengedepankan kasih. Bukan mengedepankan materi. Pola komunikasi Kiai Busyro itu, dua sosok (kiai dan politisi) dilebur dalam satu tubuh. Memutus jarak antar elite dan akar bawah. Membuang egoisme patronase. Tak alergi bertemu banyak orang. Telaten mendengar apa yang menjadi aspirasinya. Sehingga terasa nyaman berkomunikasi bila bertemu. Pesan politik Kiai Busyro dalam komunikasi politik salah satunya adalah menjaga nilai kearifan lokal. Kata orang Sumenep, tengka. Ajaga tengka (mengedepankan kearifan). Komunikasi politik yang dibangun Kiai Busyro bukan sebatas formalitas tanpa menyentuh hati. Kiai Busyro mencipta suasana terasa nyaman walau sekedar tutur sapa. Membaca sosok Kiai Busyro, bisa jadi juga sosok Cak Imin,-ibarat isi novel. Sebuah kehidupan yang diwarnai banyak warna. Ada cerita yang menangis, bisu dan tertawa. Dalam karir politik di Sumenep, Kiai Busyro tergolong sakti. Seperti punya nyawa rangkap. Kalah Pilkada 2005. Berakhir sebagai Ketua DPRD pada 2009. Sudah diprediksi banyak orang sebagai akhir dari perjalanan politiknya. Apalagi sebelum mengakhiri masa jabatan Ketua DPRD. Kiai Busyro mengalami sesuatu dalam tubuhnya. Pada 2008, Kiai Busyro mengalami koma, tak sadarkan diri beberapa hari. Kiai Busyro sempat dirawat di salah satu Rumah Sakit Internasional di Surabaya. Kiai Busyro melewati masa-masa kritis yang sempat ditangisi orang-orang sekitarnya. Secara medis, Kiai Busyro mengalami gangguan kesehatan. Ditambah, pertengahan 2009, Kiai Busyro tak lagi memiliki jejaring kekuasaan. Tak menjabat Ketua DPC PKB dan berakhir dari kursi parlemen lokal. Masa kejayaan politik Kiai Busyro banyak yang meramal tamat. Secara nalar, karir politik Kiai Busyro gelap. Berhenti dari Ketua DPRD pada 2009. Kiai Busyro ditinggal banyak orang. Kecuali para loyalis yang setia mendampingi di saat tak memiliki kekuasaan. Mencalonkan diri sebagai Cabup PKB harus melewati persaingan internal. Tapi Kiai Busyro tampil sebagai pemenang Konvensi DPC PKB Sumenep. Kendati pegang tiket Cabup hasil konvensi, tak otomatis rekom DPP PKB jatuh ke Kiai Busyro. Dalam dinamika DPP PKB, Rekom Cabup PKB itu sempat turun ke orang lain. Kiai Busyro nyaris kehilangan tiket. Kiai Busyro terus melakukan lobi-lobi. Pada akhirnya, Rekom dan SK DPP PKB jatuh ke Kiai Busyro. Pegang tiket Cabup DPP PKB, Kiai Busyro masih menghadapi gonjangan cost politik menghadapi Pilkada langsung di tahun 2010. Meski menjabat dua periode sebagai Ketua DPRD Sumenep, pundi-pundi kekayaan Kiai Busyro biasa-biasa saja. Beruntung ada MH Said Abdullah (kini menjabat Ketua Banggar DPR RI) yang bersedia menyiapkan cost politik dalam pemenangan Pilkada Sumenep 2010. Di luar dugaan, Kiai Busyro tampil sebagai pemenang Pilkada Sumenep 2010. Begitu pun di Pilkada 2015. Diprediksi tumbang, lagi-lagi Kiai Busyro tampil sebagai pemenang Pilkada 2015. Karir politik Kiai Busyro seperti epik Ramayana. Kisah Prabu Rahwana, berkepala sepuluh yang sakti mandraguna. Tiap kali kepalanya ditebas, muncul lagi kepala yang baru. Saking sakti dan tak mati-mati, si Rahwana disalahtafsirkan. Karena multitafsir. Publik pun menilai dua kutub. Ada yang membenci. Juga ada yang mencintai. Yang mencintai karena menganggap Kiai Busyro sosok yang ikut membesarkan NU dan PKB. Begitu pun sebaliknya. Perjalanan politik dan kepiawaian Kiai Busyro memenej dinamika politik lokal Sumenep yang haru biru bisa menjadi tafsir awal atas ungkapan senior dari lisan Cak Imin kepada Kiai Busyro di malam Jumat itu. Cak Imin menganggap perlu menemui senior-nya di Sumenep yang sempat bertatap di forum kader PMII Jogja, 35 tahun lalu. Ada Apa Cak Imin-Kiai Busyro? Bisa jadi itulah Politik Mutasyabihat Cak Imin-Kiai Busyro. Meski substansi pertemuan itu, hanya Cak Imin dan Kiai Busyro hanya ngerti. (*) Dikutip dari situs kempalan, 15 Februari 2022
Pkb Cak Imin Kiai Busyro Politik Mutasyabihat Cak Imin-Kiai Busyro

Share :

admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Blog Unggulan

Surat Kabar

Daftar dan dapatkan blog dan artikel terbaru di kotak masuk Anda setiap minggu

Blog Terbaru

Blog dengan Komentar Terbanyak