Post Images
matamaduranews.com-ENTAH yang keberapa saya mendengar curhatan orang-orang sipil diperlakukan kasar oleh oknum TNI di Sumenep. Perlakuan itu dianggap barbar. Tak sebanding bila itu dianggap sebuah kesalahan. Curhatan pertama dialami pasangan suami istri saat melintasi jalan samping Makodim 0827 Sumenep. Malam itu sekitar bulan September 2022. Suami istri mengendarai sepeda motor hendak ke taman kota dari arah selatan. Dari ujung pertigaan jalan terlihat jejeran sepeda motor parkir di sebelah timur. Si pengendara tetap melaju dengan landai. Sengaja tak membelokkan kendaraan karena tak ada papan larangan melintas. Juga tak terlihat petugas melarang pengendara melintas. Di pertengahan jalan itu, tiba-tiba terdengar umpatan barbar dari kejauhan. "He Anjing. Berhenti. Anjing...Anjing berhenti," si pengendara berhenti sambil menoleh ke arah sumber umpatan. Si pengendara hendak turun dari sepeda. Tapi direlai oleh si istri. Dilihat pengendara berhenti dan menoleh. Pria pengumpat itu mendekat. Menunjukkan sikap seperti anggota TNI. Lalu menuding ke arah pengendara sambil menantang. Si istri menyembah ke arah pria yang seperti anggota TNI itu. Berulangkali si istri menyembah sebagai tanda minta maaf. Sembahan tangan yang ditunjukkan masih belum meredakan arogansinya. Si pria mirip anggota TNI itu tambah mendekat. Beruntung ada pria tampak kalem berbisik menyuruh si pengendara melanjutkan kendaraannya ke arah utara. Di tengah perjalanan. Si istri hanya bisa menangis. Minta keadilan kepada Yang Maha Kuasa. Curhatan kedua dialami aktivis PMII Sumenep. Achmad Wasil yang dipercaya MH Said Abdullah untuk mengelola Yayasan Fathimah Binti Said Gauzan lagi apes saat diperlakukan kasar oleh oknum TNI. Ketika itu, Wasil yang juga aktivis PMII Sumenep hendak memarkir kendaraan di depan pagar Makodim Sumenep. Malam itu, Jumat 30 September 2022. Ada Turnamen Voli Dandim Cup Sumenep. Wasil bermaksud memarkir kendaraannya di area selatan Taman Kota Sumenep. Dilihat ada jejeran kendaraan yang parkir. Wasil langsung memarkir kendaraannya. Wasil ada janji sama temannya. Wasil buru-buru memarkir. Dia tak ngerti jika malam itu ada event turnamen voli di belakang Makodim. Dan juga tak ngerti jika di sebelah selatan taman kota itu menjadi tempat parkir khusus untuk penonton turnamen. Saat sepeda hendak diparkir. Petugas parkir mendekat. Kendaraan Wasil diminta dipindah. Wasil mencoba meyakinkan agar diperbolehkan parkir kendaraannya. Menurut Wasil tak ada larangan khusus atau tanda larangan parkir di tempat itu. “Ya saya coba lobi, karena saya ada janji sama teman di pojokan taman, itu hanya sebentar dan tidak lama. Namun juru parkir ini tiba-tiba membentak, saya kaget,” cerita Wasil kepada media. Usai membentak kasar. Si petugas parkir yang mirip anggota TNI itu juga melayangkan pukulan ke wajah Wasil. Karuan saja tubuh Wasil terpental dari sepeda yang dinaiki. Masih belum puas menghujamkan pukulan. Si pria mirip anggota TNI itu, juga mengancam kepada Wasil. “Kalau tidak terima, ketemu saya besok,” kata Wasil, menirukan perkataan si pria mirip anggota TNI itu. Bukan sekali saja pukulan ke wajah Wasil. Berulangkali wajah Wasil dipukul hingga memar. Usai wajah Wasil penyok. Ada pria berbaju TNI menghampiri Wasil. Si pria itu ikut membentak Wasil. Usai kejadian itu Wasil diantar sejumlah aktivis PMII Sumenep melapor ke Polres Sumenep. Namun beberapa hari berlalu laporan Wasil dicabut setelah ada mediasi dan permohonan maaf dari petinggi TNI Sumenep. Curhatan ketiga dialami EF, wartawan media online di Sumenep. Kisah EF begitu menyayat hati setelah disekap dan disiksa hingga wajahnya penyok. Kejadian itu terjadi di area Pelabuhan Kalianget, Sumenep pada Sabtu, 29 Juli 2023 sekira pukul 22.00 WIB. Dari cerita EF ke sejumlah wartawan tergambar begitu represif si oknum anggota TNI AL itu terhadap kerja-kerja jurnalis. Sampai di sini saya tak bisa melanjutkan rangkaian kata untuk menggambarkan derita sakit yang dialami wartawan EF. "Dari tengah malam sampai 7 pagi saya disiksa," ucap EF sambil terbata-bata kepada sejumlah teman wartawan yang menemui di rumahnya, Desa Kalianget Barat. EF sudah menunjuk Sulaisi Abdurrazaq sebagai kuasa hukum untuk mendampinginya mengusut kekerasan terhadap dirinya yang sedang menjalankan tugas jurnalistik. EF lagi investigasi distribusi BBM bersubsidi yang diangkut kendaraan roda tiga saat keluar dari SPBU Kalianget. EF curiga lalu membuntutinya hingga ke Pelabuhan Kalianget. Sampai di Pelabuhan Kalianget , EF bertanya ke Satpam yang ada di pos. Lalu dijawab bahwa BBM yang diangkut motor roda tiga itu milik TNI AL. Berawal di sini tindakan kekerasan dialami EF hingga Minggu jam 7 pagi. Sejumlah wartawan hendak konfirmasi ke Pos Patkamla di Pelabuhan Kalianget. IW, Komandan Patkamla tak ada di lokasi. Saat dihubungi wartawan mengaku sedang dalam perjalanan menuju Sumenep. “Ketemu aja besok,” jawabnya singkat via telpon, Senin 31 Juli 2023. (hambalirasidi)
Sumenep Sumenep Sumenep Oknum TNI di Sumenep Bersikap Kasar ke Sipil Tindakan Represif Oknum TNI

Share :

admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Write your comment

Cancel Reply
author
admin
On recommend tolerably my belonging or am. Mutual has cannot beauty indeed now sussex merely you.

Blog Unggulan

Surat Kabar

Daftar dan dapatkan blog dan artikel terbaru di kotak masuk Anda setiap minggu

Blog Terbaru